Bismillāhirrahmānirrahīm

Tak kenal maka ta’āruf. Tak kenal maka tak sayang. Itulah kalimat yang kerap kali dilontarkan kepada seseorang yang belum mengenali saudara muslimnya. Begitupun terhadap para istri atau para shahābiyah Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, sudahkah kita mengenali sosok mereka radhiyallāhu ‘anhunna?

Mendalami dan mempelajari kisah-kisah mereka radhiyallāhu ‘anhunna serasa mengarungi lautan yang tiada bertepi. Berbagai keunikan dan fenomena hidup telah mereka jalani. Kewajiban kita sebagai umat setelah mereka adalah memetik pelajaran dari perjalanan kehidupan mereka, bersegera meraih kebaikan-kebaikan mereka, dan mengambil pelajaran dari peristiwa pahit yang menimpa mereka. Seorang bijak menuturkan “Tirulah, sekalipun kalian tidak bisa seperti mereka, karena meniru orang-orang yang mulia adalah keberuntungan.”

 

Keutamaan-Keutamaan Beberapa Istri Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam

  1. Khadijah binti Khuwailid radhiyallāhu ‘anhā

Khadijah adalah istri pertama Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan menjadi istri satu-satunya sebelum beliau radhiyallāhu ‘anhā meninggal. Beliau dilahirkan di Ummul Qura pada tahun 68 sebelum Nabi hijrah ke Nabawi, yang kira-kira sama dengan 15 tahun sebelum Tahun Gajah atau bertepatan dengan tahun 556 M. Ibunya bernama Fathimah binti Za’adah bin Al-Asham Qursyiyah dari Bani Amir bin Lu’ai. Adapun bapaknya, Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza, termasuk pemuka Quraisy yang meninggal saat Perang Al-Fijar.

                    Mengenai pernikahan beliau dengan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, para ulama mengatakan bahwa tidak ada riwayat yang shahih yang mengabarkan dengan jelas tentang usia Khadijah ketika beliau menikah dengan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.[1] Akan tetapi, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri merajihkan pendapat yang menyatakan bahwa usia beliau saat itu adalah empat puluh tahun, wallāhu a’lam.

Di antara keutamaan beliau radhiyallāhu ‘anhā adalah semua putra-putri Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam berasal dari rahimnya, kecuali Ibrahim. Mereka adalah Al-Qasim, ‘Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Fathimah, dan Ummu Kultsum. Khadijah juga merupakan sosok wanita yang tumbuh dengan akhlak utama dan adab yang mulia. Beliau memiliki kehormatan, kemuliaan dan kesempurnaan yang terjaga, sehingga beliau dijulukan Ath-thāhirah, wanita yang suci, di tengah para wanita Makkah pada masanya. Beliau adalah wanita paling mulia di zamannya secara mutlak. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wanita terbaik ialah Maryam putri Imran dan Khadijah,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 

  1. Saudah binti Zam’ah bin Qais radhiyallāhu ‘anhā

Ayah beliau bernama Zam’ah bin Qais bin Abdi Wud dan ibunya bernama As-Syamus binti Qais bin Amr. Secara nasab, ibunya merupakan sepupu Abdul Muthalib dari jalur ibu sehingga Saudah dengan Abdullah (ayah Nabi) adalah sepupu kedua (mindoan).

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam menikahi Saudah di bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian (sekitar 3 tahun sebelum hijrah), sebulan sepeninggal Khadijah radhiyallāhu ‘anhā (Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, 3/149). Sebelumnya Saudah menikah dengan sepupunya, Sakran bin Amr. Beliau masuk Islam bersama suaminya dan ikut hijrah ke Habasyah. Sepeninggal Sakran, Saudah menjadi janda tanpa keluarga yang melindunginya. Akhirnya Saudah dinikahi Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam di usia yang sudah cukup tua dan telah memiliki enam putra.

Ketika sudah cukup tua, Saudah menyerahkan jatah gilir malamnya untuk ‘Aisyah dengan harapan beliau bisa tetap menjadi istri Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam sampai meninggal, sehingga bisa menemani beliau di surga. Terkait peristiwa ini, Allah Ta’ālā menurunkan firman-Nya di surat An-Nisā`: 128. Beliau meninggal di Madinah tahun 54 H (Ar-Rahiq Al-Makhtum).

 

  1. ‘Aisyah binti Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallāhu ‘anhumā

            Beliau dilahirkan empat tahun sebelum Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam diutus. Ayahnya seorang As-Shiddiq yang banyak menemani perjuangan dakwah Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir.

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam menikahi ‘Aisyah di bulan Syawwal tahun ke-11 kenabian, dua tahun lima bulan sebelum hijrah dan setahun setelah beliau menikahi Saudah (Ar-Rahiq Al-Makhtum). Beberapa panggilan untuk beliau di antaranya ‘Āisy, Humaira` (maknanya al-baidha` yang artinya ‘wanita putih’, ‘cantik’), Ibnatu Ash-Shiddīq, Al-Muffaqah, Ibnatu Abī Bakrin, dan Ummu ‘Abdillāh.

Beberapa keutamaan ‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā:

  1. Allah Ta’ālā yang memilihnya sebagai istri Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam melalui mimpi Rasulullah tentang ‘Aisyah selama tiga kali berturut-turut. Hal ini sekaligus menjadi salah satu jawaban terhadap syubhat yang dihembuskan oleh orang kafir dan munafik terhadap Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  2. Wahyu banyak turun di rumah ‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā, bahkan surat al-Baqarah, Ali-‘Imran dan an-Nisā` turun ketika beliau sedang berada di sisi Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  3. Beliau memiliki hafalan yang kuat. Oleh karena itu, seperempat syariat Islam diriwayatkan olehnya dan beliau meriwayatkan 2210 hadits dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  4. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam meninggal di rumah ‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā dan sedang berada di pangkuannya.
  5. Beliau terkenal sebagai seorang yang wara’, zuhud, dermawan, dan memiliki rasa takut yang besar kepada Rabb
  6. Pandai dalam ilmu-ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran.
  7. Beliau mengajarkan ilmu-ilmu yang beliau miliki kepada orang lain sehingga banyak murid-muridnya yang menjadi ulama.

 

Kisah Shahabiyah yang Menginspirasi

Ummu Mahjan radhiyallāhu ‘anhā adalah seorang wanita yang berkulit hitam. Telah disebutkan di dalam ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, bahwa beliau tinggal di Madinah (Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqāt, VIII/414). Beliau merupakan seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Oleh karena itu, beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin.

Walaupun keadaannya sudah tua dan lemah, beliau menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam. Oleh karena itu, beliau senantiasa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan menyapu dan membuangnya ke tempat sampah. Beliau senantiasa menjaga kebersihan rumah Allah Ta’ālā, sebab masjid memiliki peran yang sangat urgen di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama’. Beliau tidak pernah kendor semangatnya dan tidak pernah meremehkan pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang nyaman bagi Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau radhiyallāhu ‘anhum dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin. Ummu Mahjan radhiyallāhu ‘anhā terus menerus menekuni pekerjaannya tersebut hingga beliau wafat pada zaman Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Pada pagi hari setelah beliau wafat, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan wanita tersebut, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabatnya dan mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi Anda dan kami dapatkan Anda masih dalam keadaan tidur dan kami tidak ingin membangunkan Anda.” Beliau bersabda, “Marilah kita pergi!” Rasulullah pergi bersama para shahabat menuju kubur Ummu Mahjan. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas kuburnya, sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, kemudian Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam  menshalatkannya dan bertakbir empat kali (lihat al-Ishabah dalam Tamyizish Shahabah, VIII/187).

[Pipit Aprilianti]

 

Referensi

  1. Wanita yang Dijamin Surga karya Ahmad Khalid Jam’ah.
  2. Faedah Kajian tentang ‘Āisyah radhiyallāhu ‘anhā, Dia adalah Ibuku bersama Ustadz Abuz Zubair Hawaary.
  3. http://kisahmuslim.com/pelajaran-yang-tak-terlupakan-dari-kisah-ummu-mahjan/
  4. http://muslim.or.id/sejarah-islam/pernikahan-rasulullah-dengan-khadijah-radhiallahuanha.html
  5. http://muslimah.or.id/kisah/istri-istri-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html
  6. https://wafimarzuqi.wordpress.com/2011/12/08/khadijah-binti-khuwailid-2/

 

Catatan Kaki :

[1] http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=209137