Bismillāhirrahmānirrahīm
Wahai saudariku.. Islam adalah agama yang telah diturunkan oleh Allah Ta’ālā melalui Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersamaan dengan syari’at yang sempurna. Oleh karenanya, agama ini penuh dengan perintah dan juga larangan yang tentunya keduanya harus ditaati dalam rangka beribadah dan taat kepada Allah Ta’ālā. Tidaklah Allah memberikan perintah serta larangan kecuali di dalamnya terdapat maslahat (kebaikan) yang begitu besar.
Pada edisi kali ini, kita akan sedikit memaparkan tentang perkara-perkara yang seringkali ketika ia menjangkiti jiwa-jiwa seorang muslim akan menjadi sebuah penyakit yang bersarang di dalam hati dan menimbulkan berbagai keburukan. Semoga kita senantiasa terjaga dari perkara-perkara berikut.
Hasad
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain. Beliau juga berkomentar bahwa hasad adalah penyakit yang mendominasi dan tidak ada orang yang terbebas darinya kecuali sedikit. Tidak pernah badan manusia terlepas dari hasad. Orang tercela maka ia akan menampakkan (hasadnya), sedangkan orang mulia akan menyembunyikannya (Majmū’ Al-Fatawa).
Hasad memiliki banyak bahaya, di antaranya:
- Menimbulkan rasa tidak suka dengan apa yang Allah Ta’ālā takdirkan
Seseorang yang merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain, pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.
- Melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering.
Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan (menghilangkan) kebaikan seperti api memakan (membakar) kayu bakar,” (HR. Abu Dawud).
- Menjadi sebab kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad
Setiap kali seorang yang hasad menyaksikan orang lain bertambah nikmatnya maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati sehingga ia akan selalu mengawasinya serta tumbuh dalam hatinya rasa tidak suka terhadap nikmat yang didapatkan oleh orang lain.
- Menyerupai karakter orang-orang Yahudi.
Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menyerupai sekelompok orang maka dia merupakan bagian dari mereka,” (HR Ahmad).
- Menjadi sebab kerugian di akhirat
Ketika timbul hasad dalam hai seseorang, umumnya orang yang didengki akan dizhalimi sehingga nanti di akhirat orang yang didengki itu mempunyai hak untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang didengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.
Ghibah
Definisi ghibah berdasarkan hadits Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu maka sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan jika itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan padanya,” (HR. Muslim). Ulama memberikan penjelasan terkait hadits tersebut bahwa ghibah adalah menyebutkan sesuatu tentang saudaramu yang ia tidak suka jika ia mendengarnya dan pada saat itu ia tidak sedang berada di situ. Oleh karena itu, inti dari ghibah adalah menyebutkan, membuka, dan membongkar aib saudaranya yang ketika itu tidak sedang bersamanya.
Di antara ancaman terhadap para pelaku ghibah adalah sebagaimana terdapat dalam firman Allah Ta’ālā yang artinya, “Janganlah sebagian di antara engkau semua itu mengumpat sebagian yang lainnya. Sukakah seseorang di antara engkau semua makan daging saudaranya dalam keadaan ia sudah mati, maka tentu engkau semua membenci. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima Taubat lagi Penyayang,” (QS. Al-Hujurāt: 12). “Dan janganlah engkau turuti apa yang engkau tidak mengatahuinya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semua akan dimintai pertanggung-jawaban tentang apa saja yang telah dilakukan olehnya,” (QS. Al-Isrā`: 36).
Adapun bahaya ghibah di antaranya adalah sebagai berikut:
- Menjadi sebab terbuka aib pelakunya di dunia maupun di akhirat
- Menyakiti hamba-hamba Allah
Allah Ta’ālā berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata,” (QS. Al-Ahzāb: 58).
- Menjadi salah satu amalan penyebab terkenanya azab pada hari kiamat
Allah Ta’ālā berfirman (yang artinya), “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,” (QS. Al-Humazah: 1).
- Termasuk kezaliman dan melampaui batas terhadap orang lain.
Di dalam hadits Qudsi yang shahih riwayat Imam Muslim, Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam meriwayatkan dari Allah Ta’ālā, “Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menjadikan kezhaliman diantara kalian sebagai sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kalian saling menzhalimi.”
- Memporak-porandakan masyarakat, menebarkan fitnah, menimbulkan permusuhan di antara manusia, dan menimbulkan rasa dendam.
Namimah
Menurut Al-Baghawi rahimahullāh, namimah adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan si pembicara (orang yang dikutip perkataannya-ed). Adapun Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalāni rahimahullāh mengatakan bahwa namimah tidak khusus itu saja namun intinya adalah membeberkan sesuatu yang orang tidak suka untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak yang dibicarakan atau pihak yang menerima berita, maupun pihak lainnya. Baik yang disebarkan itu berupa perkataan maupun perbuatan. Baik berupa aib ataupun bukan.
Adapun salah satu dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang mengharamkan namimah (adu domba), yaitu firman Allah Ta’ālā yang artinya, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah,” (QS. Al-Qalam: 10—11). Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan oleh Hudzaifah radhiyallāhu ‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al-Qattat (tukang adu domba),” (HR. Al-Bukhari).
Jangan sampai rasa dengki atau hasad pada diri kita terhadap seseorang menjadikan kita berlaku jahat dan tidak adil kepadanya, karena betapa banyak perbuatan namimah yang terjadi karena timbulnya hasad di hati. Hasad, ghibah, serta namimah adalah akhlak tercela yang dibenci Allah Ta’ālā karena dapat menimbulkan permusuhan
Penutup
Wahai saudariku, lalu bagaimanakah agar diri kita terlepas dari perkara-perkara tersebut? Saudariku yang semoga dirahmati Allah Ta’ālā… hendaknya kita senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah Ta’ālā agar dijauhkan dari perkara-perkara tersebut. Kemudian, sebagai seorang muslim kita juga diperintahkan untuk berbaik sangka kepada orang lain, tidak menyimpan rasa dendam ataupun kedengkian, dan menyembunyikan aib orang lain ketika kita mengetahuinya. Jangan sampai rasa dengki atau hasad pada diri kita terhadap seseorang menjadikan kita berlaku jahat dan tidak adil kepadanya, karena betapa banyak perbuatan namimah yang terjadi karena timbulnya hasad di hati. Hasad, ghibah, serta namimah adalah akhlak tercela yang dibenci Allah Ta’ālā karena dapat menimbulkan permusuhan, sedangkan Islam memerintahkan agar kaum muslimin bersaudara dan bersatu bagaikan bangunan yang kokoh. Wallāhu walliyyuttaufik wallāhu a’lam bish-shawwāb.
[A. Devita Rutiana]
Referensi
- Imam Nawawi. E-Book: Riyādhush Shālihin (Taman Orang-Orang Shalih).
- Husain Al-Awayisyah. Manajemen Lisan (Saat Diam, Saat Bicara). Darul Haq.
- Tulisan Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin yang diterjemahkan oleh Ustadz Aris Munandar, dalam www.muslim.or.id.
- Ummu Rummaan. http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/namimah-adu-domba.html. Namimah (Adu Domba).