Sudah menjadi hal yang lumrah jika pasangan suami istri yang telah menikah menginginkan kehadiran buah hati dalam kehidupan rumah tangga mereka. Sosok mungil nan menggemaskan adalah sosok yang dirindukan hadirnya sebagai pelengkap kebahagiaan. Untuk Anda, wahai saudari kami yang tengah mengandung sang buah hati atau Anda yang masih menunggu kabar bahagia akan hadirnya janin di rahim Anda, semoga sedikit tulisan ini bisa menjadi bekal menanti sang buah hati.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,” (QS. Luqman: 14).
Mengisi Masa Kehamilan dengan Hal-hal Positif
Masa kehamilan merupakan masa yang penuh susah payah bagi seorang ibu. Semakin hari semakin bertambah beratlah janin yang ada di kandungannya. Allah Ta’ālā berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,” (QS. Luqman: 14).
Kita saksikan tak jarang emosi ibu hamil menjadi tak menentu. Sensitifitas meninggi sehingga begitu cepat amarah keluar tak terkendali, kecuali bagi mereka yang dirahmati Allah untuk senantiasa bersabar. Hal itu tak lain karena efek dari beratnya perjuangan seorang ibu saat mengandung. Oleh karena itu, seorang ibu hamil hendaknya berusaha untuk mengendalikan dirinya, mengisi hari-hari penantian kelahiran putra atau putrinya dengan kegiatan positif, seperti: membaca buku tentang kehamilan, membaca buku tentang pendidikan anak, berjalan-jalan sambil menghirup udara segar, atau mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Cukupkan waktu untuk beristirahat agar kesehatan ibu dan janin senantiasa terjaga, dengan izin Allah. Luangkan waktu untuk membaca Al-Qur`an, mengkaji ilmu agama, dan mendengarkan nasehat para ulama baik di majelis ilmu secara langsung maupun dalam bentuk rekaman. Semoga hal ini menjadi kebiasaan baik bagi sang jabang bayi dimulai sejak berada di dalam kandungan.
Seorang suami hendaknya juga ikut berperan serta dalam menciptakan suasana positif agar suasana hati ibu hamil tetap nyaman dan bahagia. Hendaknya tak begitu mengambil hati ketika istri tampak kurang terkendali di saat marah. Menasehati dengan kelemahlembutan di saat emosi istri sudah mereda karena suasana positif dalam rumah tangga harus dibangun di atas asas kerjasama berdua.
Dzikir-Dzikir yang Dianjurkan Ketika Hamil
Dzikir adalah obat penenang dan penentram bagi hati, terlebih bagi ibu hamil yang seringkali dilanda kegelisahan, rasa sakit, dan kesusahpayahan di masa hamil. Hendaknya lisan tidaklah terlepas dari dzikir kepada Allah Ta’ālā. Pada dasarnya tidak ada dzikir dan doa khusus yang diajarkan oleh syariat Islam bagi ibu hamil. Hanya saja, hendaknya seorang ibu senantiasa mengingat Allah baik melalui dzikir pagi ataupun petang, berdoa dalam setiap aktivitas, serta memperbanyak membaca Al-Qur`an (tanpa menentukan surat-surat khusus kecuali jika ada dalil yang menyebutkan tentang keutamaannya) karena setiap huruf dari Al-Qur`an yang dibaca mengandung sepuluh kebaikan. Membaca Al-Qur`an juga merupakan obat bagi penyakit lahir dan batin.
Hendaknya ibu hamil tak terlupa untuk senantiasa mendoakan kebaikan bagi calon buah hatinya, karena doa seorang ibu untuk anaknya merupakan doa yang mustajab insyā`allāh. Doakanlah, mudah-mudahan kelak sang buah hati lahir dengan sehat dan selamat, serta tumbuh menjadi anak yang shalih dan shalihah.
Bid’ah Seputar Kehamilan
Bid’ah adalah amalan yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan tidak ada dalil yang memerintahkannya, namun dianggap sebagai suatu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ālā. Setiap amalan yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan tertolak. Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak,” (HR. Muslim).
Berikut ini adalah beberapa bid’ah seputar kehamilan:
- Acara selametan kehamilan di usia kandungan empat bulan dan tujuh bulan,
- Mengkhususkan surat tertentu untuk dibaca, misalnya Surat Maryam dan Surat Yusuf,
- Menentukan jenis kelamin bayi dari telur yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu, jika telur tersebut pecah maka bayi yang dikandung adalah perempuan dan jika masih utuh maka bayi yang dikandung adalah laki-laki,
- Melarang ibu hamil dan suaminya membunuh binatang karena akan menimbulkan cacat pada bayi yang dilahirkan,
- Membawa pisau, gunting, atau benda tajam tertentu di saku ibu hamil agar janin terhindar dari bahaya,
- Ibu hamil tidak boleh keluar malam karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin,
- Mengucapkan “amit-amit” sebagai “dzikir”-nya ibu hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan, dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut, dan lain sebagainya.
Jika hal di atas dikerjakan dengan keyakinan akan mendatangkan keselamatan dan kebaikan bagi bayi atau jika tidak dikerjakan akan mendatangkan bahaya bagi ibu dan bayinya, maka keyakinan tersebut akan mengarah kepada kesyirikan. Hal ini karena si pelaku meyakini adanya sesuatu yang bisa mendatangkan marabahaya dalam kehidupannnya selain Allah Ta’ālā. Oleh karena itu, hendaknya ibu hamil selalu waspada dan senantiasa mengkaji ilmu agama agar tidak terperosok ke dalam bid’ah seputar kehamilan.
Siapkan Nama yang Indah Untuknya
Di antara bekal yang perlu disiapkan oleh ibu hamil dan suaminya adalah mempersiapkan nama yang baik lagi indah untuk buah hati tercinta. Di antara nama-nama yang disunnahkan untuk diberikan kepada bayi antara lain:
- Nama Abdullah dan Abdurrahman
Ibnu Umar radhiyallāhu ‘anhu dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman,” (HR. Muslim).
- Nama yang menunjukkan penghambaan diri terhadap salah satu dari nama-nama Allah Ta’ālā, misalnya Abdul Malik, Abdul Ghani, Abdul Bashīr, Abdul Aziz, dan lain-lain.
- Bernama dengan nama Nabi dan Rasul, misalnya Muhammad, Yusuf, Ayub, Isa, Ilyas, dan lain-lain.
- Bernama dengan nama-nama orang shaleh dari kaum muslimin, terutama dari kalangan sahabat radhiyallāhu ‘anhum.
Dari al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallāhu ‘anhu dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda, “Mereka dahulu suka memakai nama para nabi dan orang-orang shalih yang hidup sebelum mereka,” (HR. Muslim).
- Memilih nama yang mengandung sifat yang sesuai orangnya (namun dengan syarat nama tersebut tidak mengandung pujian untuk diri sendiri, tidak mengandung makna yang buruk atau mengandung makna celaan), seperti Hārits (orang yang berusaha) dan Hammam (orang yang berkeinginan kuat), (Ensiklopedia Anak Tanya Jawab Tentang Anak Dari A sampai Z karya Abu Abdillah Ahmad bin Ahmad Al-Isawi).
Selain nama yang disunnahkan, ternyata ada juga nama yang dilarang diberikan untuk bayi, antara lain:
- Setiap nama yang terdapat bentuk penghambaan kepada selain Allah, misalnya ‘Abdur Rasul (hamba Rasul), ‘Abdu ‘Ali (hamba ‘Ali), dan ‘Abdul Hasan (hamba Hasan).
- Nama yang khusus untuk nama Allah, misalnya Al-Khaliq (Sang Pencipta), Ar-Rahman (Maha Penyayang), Al-Ahad (Maha Esa), Ash-Shamad (Bersandarnya seluruh makhluk pada-Nya), dan Ar-Raziq (Maha Pemberi Rizki).
- Nama dari Barat yang merupakan nama khusus untuk orang kafir dan menjadi ciri khas mereka, misalnya Imanuel, George, Robert, Susan, Alberto, dan sebagainya.
- Nama yang merupakan nama berhala yang disembah selain Allah, misalnya Lāta, ‘Uzza, Isaf, Nailah, Hubal, dan sebagainya.
- Nama yang bukan menunjukkan yang dinamai, mengandung penyucian diri bahkan kedustaan, misalnya Malikul Amlak, Hakimul Hakim, dan sebagainya.
- Nama yang merupakan nama-nama setan, misal: Khinzab, A’war, Walhan, dan Ajda`.
Demikian sedikit bekal yang kami titipkan, semoga bermanfaat dan buah hati Anda lahir dengan selamat dan sehat serta menjadi anak yang shalih dan shalihah. Wallāhu a’lam.
[Nunung Wulandari]