Sebagai agama yang menjadi penyempurna agama-agama sebelumnya, risalah yang terkandung dalam agama ini mengatur dan memperhatikan setiap lini kehidupan manusia. Islam tidak hanya mengajarkan perkara-perkara ibadah, tetapi Islam juga mengajarkan berbagai perkara-perkara kehidupan. Mulai dari hal-hal yang berkaitan dengan kekerabatan, muamalah, dan hal-hal praktis kehidupan sehari-hari manusia. Islam telah mengajarkannya seluruhnya. Kesempurnaan agama ini telah Allah terangkan dalam kitab suci-Nya yang mulia (yang artinya), “Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku ridhai Islam menjadi agama bagimu.” (Q.s. Al-Maidah: 3)
Di antara adab dalam Islam adalah berkaitan dengan buang hajat. Sepele, kebanyakan orang berpikir demikian. Walaupun dianggap sepele, urusan ke “belakang” dapat mendatangkan pahala jika diniatkan mengharap pahala dan memperhatikan adab-adab yang telah disyariatkan dalam agama ini. Adab-adab yang disyariatkan tentu saja telah dicontohkan oleh Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam.
Banyak hadits yang menerangkan adab-adab ketika kita hendak buang hajat. Mari kita simak bersama.
Adab-Adab Buang Hajat
- Tidak membawa barang-barang yang terdapat nama Allah di dalamnya, kecuali bila khawatir barang tersebut hilang bila tidak dibawa ke tempat buang air.
- Menjauh dan menghindarkan diri dari pandangan orang agar kita tidak terlihat, suara kita tidak terdengar, atau bau kotoran kita yang tidak sedap tidak tercium.
- Berdoa ketika hendak masuk tempat buang air.
- Doa yang dibaca: ”Bismillahi allahumma innii a’uu dzubika minal khubutsi walkhabaaits” (Dengan nama Allah, ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari kejahatan setan laki-laki maupun setan perempuan).
- Setelah membaca doa tersebut, kita masuk dengan mendahulukan kaki kiri.
- Tidak boleh menghadap atau membelakangi kiblat.
- Tidak boleh berkata-kata dan menjawab salam maupun panggilan adzan ketika sedang buang air. Dibolehkan mengatakan sesuatu bila keadaan mendesak.
- Tidak boleh memegang kemaluan maupun ber-istinja’ (membersihkan kotoran dari tubuh) dengan tangan kanan, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam (yang artinya), ”Bila salah seorang dari kalian minum, janganlah bernapas di bejana air minumnya. Bila buang air, janganlah memegang dan mengusap kemaluannya dengan tangan kanan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari, yang disyarahkan dalam kitab Fathul Baari (I/253) hadits no. 153 dan Muslim (I/225) hadits no.267)
- Membersihkan sisa kotoran yang terdapat di dua lubang kemaluan (istinja’). Ada tiga cara ber-istinja’:
- Ber-istinja’ dengan batu, lalu dilanjutkan dengan air. Ini adalah cara yang paling baik.
- Ber-istinja’ dengan air saja.
- Ber-istinja’ dengan batu saja, yaitu minimal menggunakan tiga batu. Kalau dengan tiga batu belum bersih, kita tambah menjadi lima, tujuh, dan seterusnya dengan jumlah ganjil.
- Tidak berlama-lama di kamar mandi atau WC, tetapi sekedar keperluan saja, karena bila hal itu dilakukan termasuk membuka-buka aurat tanpa ada keperluan. Selain itu, kamar mandi dan WC adalah sarang setan.
- Mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi atau WC sambil berdoa: ”ghufraanaka” (Saya memohon ampun kepada-Mu).
Demikian hendaknya kita sebagai seorang muslimah ketika hendak menunaikan hajat. Amalan yang merupakan kebiasaan sehari-hari dapat mendatangkan pahala jika diniatkan ibadah kepada Allah. Sebagai seorang muslimah, tentulah kita menyadari bahwa setiap amalan yang dilakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Maraaji’ (Referensi):
- Taudhihul Ahkam Syarh Umdahtul Ahkam (Terj.). Syekh Al-Bassam.
- Al-Wajiz fii Fiqhis Sunnah wa Kitaabil ‘Aziiz (Terj.). Syekh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi.
- Thoharoh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (Terj.).Syekh Dr.Sa’id ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani.
Penulis: Ummu Anas dan Ummu Uwais
Artikel Buletin Zuhairoh